Jadilah Ibu yang.......

  • memberikan kesempatan untuk anaknya berkreatifitas.
 
Suatu hari, Sora yang masih duduk di kelas VI SD sedang melukis di ruang keluarga rumahnya. Ibunya lewat di hadapannya lalu berhenti sejenak dan berkata ”untuk apa melukis segala, gak bisa jadi duit. Yang ada malah buang duit buat beli cat air segala macam.” Ujar ibunya lalu pergi. Sora pun mengumpulkan alat-alat lukisnya dan menyimpannya di dalam lemari. Semenjak itu, Sora tak pernah melukis lagi.
Saat SMP, Sora memiliki hobby baru yaitu membuat puisi. Sudah beberapa puisi yang dibuatnya selama SMP. Lagi-lagi ibunya mengatakan tak ada gunanya membuat puisi, tidak bisa menghasilkan duit.
Apakah jika kita melakukan sesuatu, harus selalu yang menghasilkan uang?! apalagi untuk anak yang masih mengembangkan daya kreatifitasnya.  Anak-anak melakukan sesuatu karena mereka merasa itu membuat mereka terhibur. Sebagai orang tuanya, jangan lah kita menanamkan dalam pikirannya bahwa segala sesuatu yang boleh dia lakukan adalah sesuatu yang harus menghasilkan uang. Karena bagaimanapun mereka masih anak kecil. Berilah kesempatan untuk anak mengembangkan kreatifitasnya, selama itu bernilai positif dan membawa dampak yang baik untuknya.
Sebagai orang tua, janganlah kita membuat anak kita berpikir “orang tuaku ingin aku menjadi penghasil uang dan mereka tidak pernah memperdulikan kesenanganku”. Biarkan anak-anak kita berkreatifitas, karena sering dalam kreatifitas mereka itu, mereka menunjukkan rasa sayang mereka pada kita.
Tidak semua anak bisa mengatakan “aku sayang mama/papa” langsung dari bibirnya. Mereka lebih bisa menyampaikan lewat hasil kreatifitasnya, mungkin dari puisinya atau lukisannya. Itu benar, karena aku salah satu anak yang kesulitan mengatakan rasa sayang pada orang tuaku secara langsung. Suatu hari sebelum hari valentine (aku lupa tahun berapa), aku ingin mengungkapkan rasa sayangku, terutama pada Ayahku di hari valentine. Tapi setiap kata “aku sayang Abah” itu ingin kuucapkan aku jadi teringat masa kecilku bersama ayahku, bagaimana dia begitu menyayangiku dan itu membuat air mataku ingin keluar. Aku malu jika harus menangis di depan ayahku. Akhirnya aku hanya bisa menyampaikan sayangku lewat kata yang aku ukir diatas coklat yang aku buat sendiri dan kuberikan padanya di hari valentine. Ayahku memakannya, meskipun dia jarang mau makan makanan manis, tapi dia memakan coklat yang kubuat. Aku senang, dan lagi-lagi aku ingin menangis. Aku ingin suatu saat anakku merasakan yang kurasakan saat itu, dan aku pun ingin anakku bisa menyampaikan kreatifitasnya tanpa merasa takut dilarang.
Jika kita melarang anak-anak kita berkreatifitas, lalu bagaimana mereka bisa menyampaikan rasa sayang mereka. Dan apakah hati kita tidak tersentuh jika mengetahui rasa sayang mereka lewat cara yang begitu manis, dengan cara anak-anak. Jadi, biarkan anak-anak berkreatifitas karena dalam kreatifitas itu, mereka sering memberikan kejutan-kejutan yang manis.