Kamis, 20 Januari 2011

pujaanku


Sejak 2003, ada sesosok pria tinggal di hatiku.
Menjadi pelabuhan, tempat hatiku berlabuh. Dia yang penuh kedamaian dan cinta yang hangat. Dia yang melihatku saat yang lain tak melihatku.
Dia satu-satunya orang yang melihat keajaibanku yang tak dilihat orang lain.
Dia yang mengajarkan hatiku berdebar.
Saat itu aku senang bisa masuk dalam hidupnya.
Aku masih merasa bermimpi bisa melihat wajahnya setiap hari.
Dia tak sangat tampan, dia juga tak sangat baik, dia tak sangat lembut, dia tak dewasa, menurutku dia seperti anak-anak, meskipun kadang dia ingin terlihat kuat.
Tapi aku melihat keajaiban padanya seperti dia melihat keajaiban padaku.
Saat itu aku hanya bisa mengaguminya dari jauh.
Tapi aku baru benar-benar sadar aku mencintainya justru saat kami terpisah, waktu itu kelulusan SMP. Benar jika ada yang bilang bahwa cinta tidak akan mengenal kedalamannya sendiri sampai tiba saatnya perpisahan.
Akhirnya mulai saat itu kami berada di tempat yang berbeda. Jika terpikir tak bisa bertemu lagi, hati terasa sakit.
Tak bisa tidur saat mata terpejam, tak punya tenaga saat mata terbuka.
Setiap aku hampir melupakannya, selalu ada sesuatu yang membuatku ingat lagi tentangnya.
Apa Tuhan tak mau aku melupakannya atau memang hatiku tak mengizinkanku melupakannya?
Tapi aku bersyukur masih di kota yang sama dengannya, di langit yang sama, menginjak tanah yang sama. Tapi sampai saat ini aku merindukannya, aku bahkan lupa wajahnya.
Aku rindu suaranya, rindu bahunya yang berguncang saat dia tertawa, rindu caranya berjalan.
Suatu hari aku bertanya, di dunia ini adakah cinta yang tidak mungkin diwujudkan? Dan apakah itu cintaku?
Suatu hari, kerinduan menjadikanku hilang akal dan tidak mengetahui akhir dari sebuah perjalanan.
Seperti air yang mengalir, tidak bisa dilupakan.
Kerinduan menjadi sebuah penyakit yang tertinggal di hatiku.
Seperti angin yang tidak pernah berhenti bertiup.
Jika aku membuka mataku lebar-lebar, akan terlihat jalanku untuk menemukannya.
Tapi aku takut melalui jalan itu. Padahal kami berada di tempat yang begitu dekat, tapi aku tak berani untuk lebih dekat lagi.
Mungkin harus begini, aku tersesat jauh untuk mencarinya.
Suatu malam aku bertanya, kenapa aku tak bisa melupakannya?
Cinta pertamaku, karena dia adalah satu-satunya.
Walau banyak orang masuk ke hidupku, tidak bisa menggantikannya.
Di antara seluruh hidupku, salah satu saat yang paling membahagiakan adalah saat bertemu dengannya.
Mungkin setahun yang lalu, ku dengar kabar dia kuliah jurusan arsitek (kada tahu lah bujur atau kada). Tapi dia memang arsitek untukku, karena dia sudah membangun sebuah istana di dalam hatiku dan dia adalah rajanya. Aku sudah mengunci rapat istana itu agar dia tak pergi. Tapi apakah aku bisa menjadi ratu di hatinya? Aku yang hanya rakyat jelata.

10 november 2008
Ku dengar dia yang ku cintai pernah bersama yang lain.
Matahari seperti terdiam, aliran air pun terdiam.
Hidupku jadi seperti itu, apa aku harus melupakannya?
Seperti rumput yang dicabut dan aku adalah tunasnya yang kesepian.
Mungkin cuma aku yang mengingatnya, dan sekarang aku cuma masa lalu untuknya.
Sesaat kurasakan dunia bergeser, tapi tekadku tidak.
Aku tak bisa berpindah ke lain hati, cuma dia satu-satunya meskipun mungkin dia tak  lagi merasakan hal yang sama.
kalau ada yang bertanya kenapa hanya dirinya? Itu karena cinta tak bisa dijelaskan.
Adakah cinta yang seperti itu?
Aku bersusah payah membuka mataku hanya untuk melihatnya lagi. Seandainya di hatinya pun ada harapan itu.
Di setiap malam aku memikirkannya, aku keluar dan melihat ke bintang, aku katakan pada bintang bahwa aku merindukannya.
Hatiku bertanya apakah bintang itu akan menyampaikan kerinduanku?
Apakah di suatu tempat di luar sana dia juga sedang menatap bintang itu?
Tapi meskipun dia tak memikirkanku, aku akan tetap memikirkannya. Apakah aku salah hanya menyukai dia seorang?
Meskipun salah, Hatiku akan tetap bersamanya seperti bergeraknya langit yang biru.

12 November 2008.
Aku dapatkan fotonya dari album kenangan SMAnya, foto itu terlihat buram. Bersama fotonya, aku kunci hatiku dan menyimpannya untuknya.
Aku masih kesulitan mengingat wajahnya, tapi kupandang foto itu sesering mungkin agar aku mengingat wajahnya.
Kerinduanku tidak hilang.
Justru aku bertambah ingin untuk melihatnya dari dekat.
Aku hanya berharap bisa melihatnya lagi, tak masalah jika dia tak melihatku yang penting aku melihatnya, untuk saat ini.
Kuserahkan semua penantianku pada cintanya.
Kuhias bayangnya dalam kelopak mataku, agar saat mataku terpejam aku bisa tetap melihatnya. Sempat terpikir olehku apakah aku sudah sinting karena terlalu merindukannya?
Apakah ada yang salah denganku? Menurut kalian apakah aku aneh hanya menyukai satu pria sampai sekarang?
Tapi aku harus bagaimana? Aku tak bisa menyukai yang lain.
Dan aku sudah bertekad, jika ALLAH mengizinkan,
Setiap jalan yang ku tempuh adalah jalan untukku dapat melihatnya lagi.
Setiap kata yang ku tulis adalah kata yang ingin ku katakan untuknya.
Dan segala sesuatu yang aku lihat sejak berpisah darinya adalah cerita yang akan ku ceritakan untuknya, Sampai dia menemukanku, sampai aku menjadi miliknya.

28 november 2008.
Aku coba lalui jalan di mana aku bisa melihatnya lagi.
Istananya masih sama seperti yang dulu, aku semakin merasa dia seperti seorang raja dan aku rakyat jelata. Aku merasa begitu jauh meskipun saat itu aku lebih dekat dari sebelumnya.
Aku melihatnya, masih sama seperti yang dulu.
Wajah itu, bagaimana mungkin aku bisa lupa?! Namun dia terlihat sedikit rapuh.
Seandainya aku bisa menjadi penyangga untuknya.
Tapi hidupnya yang terlihat tinggi sedangkan aku yang sederhana membuatku merasa kami berada di tempat yang berseberangan.
Aku bertanya apakah dia mau menyeberang ke duniaku atau aku mampu menyeberang ke dunianya?
Jika diibaratkan dia berada di Ramira maka aku di Anatoria, jika dia Biyon maka aku Bii.
Apakah suatu saat jika kami saling bertemu dia akan mencintaiku seperti aku tetap mencintainya?
Aku mencintainya sekarang dengan cinta yang pernah kurasakan di tahun 2003.
Haruskah kubiarkan cintaku larut bersama hujan dan berakhir di selokan?
Beberapa orang mengatakan kalau lebih baik aku berhenti memikirkannya. Tapi tak mudah untuk berhenti mencintai seseorang, menggugurkan setiap harapan seperti dedaunan. Hingga suatu hari tak ada yang tersisa, tak ada harapan.
Aku pikir cintaku sudah berakhir, penantianku percuma. Tapi bukankah cinta tak pernah merupakan akhir?! selalu ada kelanjutannya atau harapan bagi yang menjalaninya.
Maka cintaku pun seperti itu, ini bukan akhir tapi sebuah awal  baru. Aku bersyukur Tuhan kabulkan doaku untuk melihatnya lagi.
Apakah Tuhan memberiku harapan?
Apakah Tuhan tidak marah jika aku menunggu dan mengharapkan dia suatu saat mengingatku?
Ada yang bilang: jika kita meminta kebahagiaan pada Tuhan, Tuhan tidak akan langsung memberikan kebahagiaan.
Tapi Dia akan memberikan kita kesempatan untuk bahagia.
Jika kita minta kaya raya, Dia tak akan membuat kita kaya tapi Dia akan memberikan kita kesempatan untuk kaya. Jika kita minta pada Tuhan agar kita berubah lebih baik, Dia tidak langsung merubah kita. Tapi Dia memberi kesempatan untuk kita bisa berubah.
Tinggal kita yang memutuskan apakah kita akan mengambil kesempatan itu dan menggunakannya sebaik-baiknya atau membuangnya.
Dan aku meminta suatu saat aku akan berada di dekatnya dan dicintai olehnya, saat ini Tuhan tidak membuatku berada di dekatnya.
Tapi Tuhan memberiku kesempatan untuk bisa di dekatnya dan dicintainya. Bukankah kesempatan itu pemberian yang luar biasa? Apapun akhir dari hubungan kami nanti, itu adalah yang terbaik yang Allah berikan. Meskipun itu adalah sebuah akhir yang membuat hatiku sakit atau mungkin membuat hatiku bahagia, tapi aku percaya itu jalan yang benar. Dan sekarang kami belum bertemu kembali secara langsung, itu pun jalan yang benar yang harus kami lalui. Yang harus aku lakukan adalah tetap maju bersama waktu dan tetap mengingatnya. Dan jika suatu hari nanti dia kembali mengingatku dan mencintaiku,
aku hanya mau dia tahu aku masih menunggunya. Dan jika saat itu datang, aku di sini.

4 Desember 2008.
Sekali lagi Tuhan seolah memberiku harapan. Salah satu teman kuliahku ternyata adalah sepupunya.
Kudengar dia yang kucintai kuliah di fakultas hukum, bukan di arsitek.
Allah begitu besar mengasihiku sehingga Dia membuatku begitu dekat dengannya.
Apakah ini salah satu hadiah natal Tuhan untukku? Jika benar, ini hadiah natal yang hebat.
Membuat cahaya natal menyala di hatiku lebih awal dari seharusnya, memberiku harapan baru.

18 Januari 2009.
Aku menantinya bertahun-tahun. Aku berharap tak ada yang menantinya juga seperti aku.
Atas namanya, aku tulis cerita hidupku. Aku biarkan dia bersemi dalam setiap sendiku. Aku memintanya dalam berdoa.
Aku kunci hatiku untuknya, sekarang aku sudah tak punya hati untuk kuberikan pada yang lain. Karena semua tersimpan untuknya.
Tapi kenapa sekarang aku merasa serakah? Dalam doaku, aku memintanya. Tapi bagaimana dengan keinginannya sendiri? Bukankah dia pun punya keinginan, dia pun punya permintaan pada Tuhan. Tuhan pernah berkata jika kita meminta, maka akan diberikan. Tapi tidakkah aku serakah jika aku memintanya? Meskipun begitu masih bolehkah aku tetap memintanya.

... Maret 2009.
Beberapa bulan yang lalu seseorang yang lain muncul, entah angin apa yang dibawanya dan mulai berhembus di hatiku. Meski kujaga langkahku tetap saja goyah. Tapi biarpun angin itu menggoyahkan langkahku, tak akan ku biarkan angin itu menggoyahkan kunci hatiku.

9 maret 2009.
Entah mengapa, tapi akhir-akhir ini aku merasa dekat dengannya. Padahal aku tak pernah melihatnya, padahal kami tak pernah lagi bertemu, tapi aku merasa ada di dekatnya.
Dalam mimpiku dia tertawa, bahunya berguncang seperti dulu. Apakah mimpiku coba menguatkan hatiku agar tak goyah?
Dulu telah kutetapkan, saat ini siapapun yang dia nanti, hatiku sudah bersamanya. Dia bisa meminta cintaku sepuas hati karena sebesar apapun cinta yang dia inginkan, hatiku bersamanya, karena dia pujaanku....

15 Maret 2009.
Cinta, penantian adalah penderitaan hati.
Di dalamnya ada keinginan untuk bertemu, ada keinginan untuk berpisah.
Tapi untukku, hanya ada keinginan untuk bertemu.

2 april 2009
Kasih itu sabar, seperti burung merak menanti hujan. Kenapa aku menyukainya?! Aku sendiri tak tahu, tak ada alasan. Yang aku tahu cuma aku menyukainya. Suatu hari salah satu temanku  bertanya kenapa aku menyukainya, aku hanya bisa diam memikirkan kenapa aku menyukainya. Lalu aku hanya bisa menjawab
“aku tak tahu”.
Yang aku tahu hanyalah perasaanku nyata dan yang lain seolah khayalan saja.

10 April 2009.
20 tahun hidupku, tak ada yang sesepi ini. Pelangi bahkan tak datang dan mengucapkan selamat ulang tahun, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.
Apa Tuhan menyediakan hadiah lain sebagai ganti ketidakhadiran pelangi?!  Apa Tuhan akan mengabulkan harapanku untuk bertemu dengannya? Bagaimana jika tidak? Itu berarti aku harus puas dengan hadiah lainnya dari Tuhan.(beberapa hari kemudian pelangi sering muncul di bulan april)

16 April 2009.
Aku adalah seorang putri yang terkurung di sebuah menara yang tinggi. Tak ada seorang lelaki pun yang diperbolehkan mendekatiku.
Di setiap senja, saat matahari kembali tenggelam meninggalkanku dalam kesepian, aku hanya bisa duduk di jendela menara untuk menunggunya.
Tak ada satu jalan pun untukku bisa keluar selain jendela yang tinggi ini.
Dia yang kutunggu pun tak jua menampakkan diri. Di tahun-tahun penantianku, kubiarkan rambutku terus panjang agar suatu saat jika dia datang dan mau menyelamatkanku,
dia bisa memanjat ke jendela menara ini lewat rambutku. Dan jika dia di sisiku, mencintaiku, akan kuikat dia dengan rambutku agar dia tak pergi lagi. Tapi jika dia datang, tapi tak mencintaiku, akan kupakai rambutku untuk gantung diri(ha...ha..., bercanda).

25 April 2009.
Mungkin penantian ini tiada arti, karena ini janji hati.
Membayangkannya, membuatku terbakar meskipun aku dalam air.
Aku mencarinya ke ujung langit, siapa yang tahu kutemukan dia berdiri di istana hatiku.
Aku mencarinya ke dasar lautan, siapa yang tahu kutemukan dia berjalan di atas sungai hatiku.
Mungkin seharusnya aku melupakannya.
Padahal aku mulai merasa bisa masuk ke kerajaannya, tapi bagaimana kalau dalam kerajaannya telah ada calon ratu lain?! Dan dalam satu kerajaan tidak mungkin ada dua ratu.

3 Mei 2009.
Dia adalah hembusan angin yang menerbangkan helai rambutku. Dia yang memberi warna dalam ceritaku, dia yang masuk dalam kesendirianku membuatku sadar setiap hati pasti bisa jatuh cinta. Ke mana janjiku harus pergi, ke mana hatiku harus mendekat, aku tahu kalau semuanya menuju pada cintanya.
Tapi, Sulitnya untuk mengatakan cintaku padanya, sama seperti sulitnya hatiku menoleh pada yang lain.
Jika aku bulan maka dia adalah matahari. Aku tak akan bersinar jika dia tak ada.
Dan kami tak bisa bersinar bersama. Meski pernah kami bersinar bersama, kami tetap saling berjauhan.
Aku bisa di dekatnya hanya jika gerhana matahari, dan saat itu aku tak akan mengerdipkan mataku.
Bolehkah jika aku meminta agar kami menjadi bintang?
Meskipun cahaya kami kecil, tapi kami bisa bersinar bersama. Dan meskipun cahayanya kecil, aku tahu mataku akan tertuju padanya.

8 Mei 2009.
Aku mulai tak tahan memujanya begini lama. Masa mudaku mulai menguning. Kenanganku mulai tua.
Aku semakin kesepian.

11 Mei 2009.
Aku mulai berpikir untuk menyerah. Sudahlah, dia mungkin telah memiliki ratu di sampingnya. Jika aku terus berharap suatu saat dia kembali mengingatku dan mencintaiku, jika aku terus menunggu, aku hanya akan membuat hidupku berjalan dalam kekosongan. Meski masih terasa ada cinta untuknya. Sudah cukup 5 tahun waktuku terbuang untuk mencintainya dan mengusir  beberapa pangeran lain yang coba mendekat.
Tuhan, tolong beri pertanda. Apa benar aku harus melupakannya? Aku masih mencintainya, tapi aku kesepian.

14 Mei 2009.
Tadi malam aku bermimpi, mimpi indah tentangnya. Tapi, kenapa wajahnya terlihat buram, tak jelas? Saat terbangun, perasaan dalam mimpiku masih terbawa. Perasaan itu terasa istimewa, berbeda. Perasaan yang muncul hanya saat aku mengingat mimpi itu. Aku sempat terpikir kalau mimpi itu adalah pertanda yang Tuhan kirimkan agar aku tetap memujanya. Tapi, saat aku tak sengaja menatap seseorang(cowok), perasaan itu muncul.
Kenapa saat melihat ‘orang itu’, aku merasa ‘orang itu’ yang ada dalam mimpiku? Bukan pujaanku.
Mereka orang yang berbeda, meskipun ada ‘sedikit’ kemiripan. Tapi ‘orang itu’ bukan siapa-siapa dalam ceritaku (mungkin), ‘orang itu’ cuma pangeran  yang numpang lewat dalam ceritaku. ‘orang itu’ jelas bukan raja yang dikirim untukku, karena ‘orang itu’ pasti telah memiliki ratu bahkan mungkin dengan banyak selir.
Ya, tak ada hubungan antara ‘orang itu’ dan mimpiku.
Kembali ke pujaanku.
Aku ingin melupakan pujaanku, tapi mimpiku tadi malam membuatku kembali memujanya.
Mungkin jika ada waktu, aku akan lewat depan istananya. Mencoba mencari sosoknya dan jika aku sudah melihatnya,
Apakah hatiku masih berdebar seperti dulu?!

21 Mei 2009.
Kunci hatiku mulai berkarat, jika seseorang coba mendobraknya maka hatiku mungkin akan terbuka dan seseorang itu akan masuk ke dalamnya.
Aku ingin melihatnya, agar hatiku kuat dan tidak terbuka untuk yang lain.

3 Juni 2009.
Aku menunggunya, saat hujan, saat panas, saat pohon-pohon mulai bertunas sampai saat daunnya berguguran. Aku pikir dia akan mendengar suaraku yang kukirimkan bersama angin.
Aku pikir dia akan melihat cintaku yang kukirimkan bersama awan. Tapi kini cinta itu mulai gugur seperti tetesan hujan yang jatuh dari awan itu.
Bagaimana kupertahankan penantianku saat aku tahu ada pangeran lain melihatku dari kastilnya dengan cara yang sama dengan caranya melihatku dulu?! Bisakah aku mempertahankannya di istana hatiku agar pangeran lain itu tak masuk?

13 Juni 2009.
Pangeran lain itu sudah masuk dan coba
merebut tempatnya di hatiku. Meskipun aku tahu pangeran lain itu tak mencintaiku, pangeran lain itu hanya penasaran dengan sosokku tapi aku tetap membiarkannya masuk, bodohnya aku. Kalau aku tak jua melihat sosok pujaanku, apa aku akan menjadi selir pangeran itu? tak mau. Aku tak mau dikeroyok permaisuri dan selir-selirnya yang lain. Dan aku tak mau cuma jadi selir.
Tingkah pangeran itu dan pujaanku memang mirip, mereka sama-sama hanya berani melihatku dari jauh. Mereka sama-sama membiarkan aku menunggu lama dalam ketidakpastian. Perbedaan mereka adalah pujaanku menggenggam hatiku, sedangkan pangeran lain itu cuma menyentuh sedikit hatiku. Sayangnya pangeran itu menyentuh hatiku di saat yang tepat, saat aku kesepian, saat aku mulai putus asa menunggu pujaanku. Bodohnya.
Kenapa bayang pangeran lain ini bercampur dengan bayang pujaanku?
Kenapa auranya bercampur dengan aura pujaanku?
Kenapa tatapannya bercampur dengan tatapan pujaanku?
Tapi mungkin pangeran lain ini cuma sekedar mampir di istana hatiku.
Beberapa hari atau minggu atau mungkin bulan, pangeran lain ini mungkin akan pergi dari hatiku. Mungkin.

15 juli 2009.
4 hari yang lalu, untuk pertama kalinya aku melihat ayah ‘pujaanku’. Wajah mereka mirip, cara berjalan yang sama.
Sekejap aku rasakan tekadku kembali, aku ingin terus menjadi pemuja ‘pujaanku’. Meski hanya dari jauh, meski dengan diam dan sembunyi-sembunyi, tak masalah. Karena aku merasa Tuhan membuatku dekat dengannya. Lalu dengan ‘pangeran lain’? biar berjalan dengan waktu.

22 Juli 2009.
Pelan-pelan bulan selalu muncul.
Pelan-pelan aku semakin memujanya.
Tapi aku tak bisa melupakannya meskipun pelan-pelan.
Tuhan menciptakan bumi untuk dikagumi, Tuhan menciptakan dia untuk kukagumi.
Tuhan menciptakan matahari untuk menyinari bumi, Tuhan menciptakan dia untuk menyinari cerita hidupku.
Tuhan menciptakan bintang untuk menjadi pasangan bulan, tapi apa Tuhan menciptakan dia untuk menjadi pasanganku??

9 Agustus 2009.
Tadi malam, kuketahui kalau dia
Tinggal di alamatnya sekarang sejak dulu. Sejak aku kecil dan masih sering jalan-jalan ke sana, dia sudah tinggal di situ.
Mungkin dulu, aku pun pernah bertemu dengannya, saat kami kecil, mungkin.
Ternyata aku memang tak bisa melupakannya, aku selalu mencari cara agar mengingatnya.
Ternyata memang tipis harapan untuk pangeran-pangeran lain. Mereka hanya sebagai peran pembantu yang numpang lewat dalam ceritaku.

24 September 2009.
‘cinta itu tak perlu dicari, dia akan datang dengan sendirinya’
Apa benar? Jika benar, maka tak jadi masalah aku di sini, terkurung di menara yang tinggi.
Setinggi apapun menara ini, cinta itu akan tetap datang bukan?
Jendela kecil ini sudah cukup untukku bernapas agar tetap hidup dan bisa menunggunya.
Mungkin pujaanku yang datang membawa cinta itu, atau mungkin pangeran lainnya yang aku tak tahu siapa.
Tapi aku akan di sini, di menara ini, menunggu cinta itu.
Saat cinta itu datang, aku akan pergi bersamanya, ke laut, ke langit.
Saat cinta itu datang, aku harap dia akan membawa hangat di musim dingin, membawa sejuk di musim panas, untukku.
Karena aku lelah dengan dingin yang kurasakan di musim dingin ataupun panas di menara ini.
Ku harap cinta itu bisa datang lebih cepat, karena aku mulai lelah di menara ini.
Tapi,
Di menara ini ada seorang burung kecil yang selalu menghiburku.
Mungkin aku akan sedih jika nanti meninggalkannya. Burung kecil ini belum bisa terbang, dia terus bertengger di jendela menaraku. Dia selalu meniru setiap suara yang didengarnya.
Aku pasti sedih jika meninggalkannya.
Tapi jika tiba saatnya aku pergi bersama cintaku, burung ini pasti sudah bisa terbang dengan sayap kecilnya.
Mungkin terbangnya tak jauh, tapi paling tidak dia tak akan terkurung di menara ini seperti aku, aku harap.
Dan aku yakin jika dia terbang, dia akan terbang ke arah yang benar, dia tak akan tersesat.
Karena dia burung kecilku.
Burung kecil yang menemaniku menunggu cinta.
Burung kecil yang menghiburku di menara ini.

2 oktober 2009.
Aku sudah ingat wajah pujaanku.
setiap melihat wajahnya, aku tersenyum.
Kyun hai mujhe lagda?
Kenapa aku tersenyum?
Apa karena di hatiku masih ada sesuatu untuknya?!

3 oktober 2009.
Mungkin rasa ini mulai berkurang padanya, tetapi paling tidak masih ada sedikit rasa tersimpan untuknya.
Jika suatu hari kami bertemu lagi, mungkin rasa ini akan kembali.

2 Desember 2009.
16 November kami ke Bali.
Pulang dari Bali sesuatu terjadi pada hatiku. Istana hatiku mulai goyah, pintu hatiku terbuka. Sosok ‘pangeran lain’ masuk ke dalamnya, aku takut. Aku tak bisa membiarkan pangeran lain ini masuk. Aku tak bisa jika memulai harapan baru lagi dan mengulang dari awal  penantianku untuk pangeran lain.
Aku takut akan kembali menunggu lama, karena kekuatanku sudah habis.

24 April 2010
Aku menyerah (^’^), untuk menunggu pujaanku. Aku jatuh cinta pada ‘pangeran lain’. Meski aku akan sering mengatakan ‘bodohnya cinta padanya’
Tak apa,karena cinta kadang membuat kita seperti orang bodoh (^’^)

20 Januari 2011
Aku tak jatuh cinta pada siapapun…
Hal yang baru kusadari sekarang.
Aku tak jatuh cinta, aku hanya memuja.
Pada akhirnya kusadari mereka bukan cintaku.
Tapi mereka hanyalah “pujaanku”